Minggu, 25 Desember 2011

Nono and friends



Gue punya temen sebut aja dia Nono. Dia cowo. Cowo tak berbentuk. Cowo tak bernyali. Itu bisa dibuktiin waktu gue liat pas dia di labrak sama cewe-cewe yang mungkin pernah jadi daftar rejectnya dia.
Si cewe dengan galak bertanya, “Kamu mau ngapain sekarang?”
Nono dengan polos menjawab, “Mau solat jumat”
Terbahaklah seketika.
Proses penggelaan berjalan sukses.
Nono itu teman gue yang sangat laris.
Suatu saat dia pernah punya pacar yang meurut gue… jujur dari lubuk hati yang paling dalam, mukanya jelek sekali kaya cumi asin di goreng pake garem. Suaranya kaya kucing mau kawin. Gue bukan berasa gue cantik makanya memaki dia kaya gitu. Gue sadar gue juga jelek. Tapi gue biasa. Temen temen gue juga biasa. Kita yang jelek ga berusaha tampil cantik dengan di pakaikannya bibir kita lipstick dan muka kita di taburin blashon. Senormalnya gue dan temen-temen. Memakai bedak itu cukup bedak bayi, memakai lipstick itu juga enggak penting. Jangan menjadi menor.
Dan entah apa yang di ilhami, berita si Nono jadian sama Intan itu bikin gue dan temen-temen berasa di samber geledek. Nono dengan mukanya yang lumayan ganteng dan isi dompet yang meyakinkan. Kenapa harus dengan si wanita bergincu itu?!!! masih banyak temen-temen gue yang cantik. Lupakan.
Nono jadian sama… sebut aja dia Tina.
Nono jadian sama Tina begitu menohok hati gue beserta temen-temen gue.
Setiap kali kita liat Nono pacaran di kantin, atau kalo enggak Nono ada gerbang satunya dan si Tina ada di gerbang satunya mereka saling tatap-tatapan. Romantisme tak terkalahkan. Dan semuanya lenyap saat gue dan salah satu temen gue dateng gangguin dia. wajah Nono berubah jadi gusar melihat kedatengan gue. Gue senang. Dan sekilas gue melihat ke bibir Tina di jauh sana. Sangat tak etis dan menyeramkan. Merah menyeruak bagai buah naga.
Kadang-kadang Nono dan Tina juga pacaran di tukang pulsa deket sekolah gue. Dan dengan biadapnya gue beserta temen-temen gue yang udah biasa gangguin mereka pacaran nyanyi nyanyi ga jelas memecah kesunyian. Mereka berdua nengok ke arah gue. Nono mendengus kesal. 
Sampai klimaksnya…
“Mel? Bisa gak kamu sama temen-temen gausah gangguin Tina? Orang dia ga ngapain-ngapain kok”
Gue membantah.
“No, emang gue ngapain? Gue gangguin dia aja enggak! Dia aja yang liatin gue sinis makanya gue sindir”
Nono mendengus kesal, “Udahlah Mel…”
Gue ngalah gue pergi nyari temen-temen gue yang biasa nyindir si Tina. Ketemu. Gue langsung cerita semuanya. Sekejap pandangan musuh menerjang ke arah Nono. Nono pasrah. Nono bukan lelaki sejati.
Itu kejadian waktu kelas 7 akhir pas udah mau kenaikan kelas.
Dan sialnya!!!!!!!!!!!!
Pas gue naik ke kelas 8, gue satu kelas dengan wanita bergincu tebal itu yang tak lain adalah Tina…
Dunia terasa berubah menjadi kelabu. Warna warni hari gue rusak garagara harus menerima kenyataan pahit kalo gue harus sekelas sama Tina.
Oke.
No problem.
Pembela gue banyak.
Dan ya, belum seminggu gue di kelas yang baru. Mereka semua udah pada sebel sama Tina. Kelakuannya yang nggak banget dan bikin gue serta temen sekelas gue (*apalagi Tika) enek. Tingkat kekeselan gue dateng…… saat
Hari kamis.
Hari yang cerah untuk berharap pulang gasik.
Dan kenyataan itu terjadi.
Today, just for apel and handshake.
Yeah.
Dan saat gue kebagian salaman sama Tina. Gue dengan ramahnya menyapa dia and than…. Dia dengan gampangnya menjepin bibir bergincunya. Damn
Saat itu lah sebuah titik penyesalan kenapa gue harus ngerelain senyum gue yang manis ini kepada manusia bergincu paksa itu hadir.
Pulangnya, gue langsung nulis status yang nggak karuan. Shitnya?! FACEBOOK GUE TERNYATA DI REMOVE SAMA DIA.
Aah ga penting gue tetep nulis status yang menohok. Banyak yang koment. Yang ngelike apalagi. Pembela sejati gue dateng. Ya. Temen gue. Sahabat gue. Syifa.
Dan satu cita-cita gue buat sekarang. Yaitu.
Menyadarkan Nono dari kebutaannya akan wanita bergincu itu.
Itu kamis.
Kamis pulang gasik.
Malemnya.
helmi sms gue. Dia cerita semua tentang apa yang terjadi hari ini termasuk tentang DITUDUHNYA NONO DAN HELMI SAMA TINA!
Tina melaporkan cerita yang nggak bener ke mamah Nono.
Jelas gue percaya Helmi.
Helmi bilang, “Nono sekarang sebelnya setengah mati sama Tina…..”
Oh GOD! demi apa gue….
Gue bertos ria sama sahabat gue.
Now, jadi apa yang bakal kita lakuin.
Selasa siang hari bolong.
Kita berlima, gue syifa tantya nono dan helmi berencana buat nyamperin dia.
Nono bertugas mancing dia ke belakang sd deket sekolahan gue.
Pertama nono nggak berhasil.
Kedua, nono berhasil dengan datangnya gue yang telat.
Dan waktu gue dateng.
Damn
Ternyata Tina udah teriak teriak kaya kucing kawin. Gue nggak menyaksikan helmi waktu awal awal ngomong ke dia. menurut cerita. Helmi begitu nyeremin.
Gue kaget shock setengah mati. Helmi ngejar. Nono stuck. Syifa Tantya Bacot.
Now, Tina kabur.
Alhasil jurus bacot yang udah mau gue keluarin sekian lama akhirnya ga bisa di keluarin.
Kita pulang dengan tangan hampa.
Kita pulang berempat naik angkot.
Tantya udah di jemput duluan.
Puasa tak berminum.
Berjalan menyusuri lebatnya hutan tak berpenghuni di bawah naungan sang kholid.
Kita berempat berjalan gontai sampai akhirnya Nono ngajak kita duduk di pos kamling.
Kita nurut. Haus laper gela campur aduk.
Tapi lama-lama lupa kita saling cerita. Syifa duduk sebelah Nono dan gue duduk sebelah Helmi. 
Sampe akhirnya cerita itu lenyap tak bertepi.
Hari berikutnya Tina baik ke gue entah apa yang mengilhami dia.
Gincunya masih bertengger dan sekarang ia menambahkan celak dimatanya. Nono semakin jijik.

The end