Januari, Febuari, Maret, dan seterusnya.
Awal tahun baru yang menyesakan.
1 januari, aku Cuma dirumah, nonton conan, dan hal itu bikin
aku inget kamu. Iya, Ian, kamu mirip conan.
2 januari, berangkat sekolah, liat kamu pake jaket abu-abu,
dan saat itu hati aku miris.
Ini Adrian kan? Ian? Iya, bukan pacar kamu, Amel.
28 Febuari, hari ini kamu ikut lomba tarik tambang kelasmu.
Lucu deh mukanya, kamu pake celana olahraga yang panjang, jadi inget waktu kamu
aku masih kelas 7, tapi sayang kelas kamu kalah.
29 Febuari, kamu janji mau nembak aku hari ini walau sehari
sebelumnya kamu udah bilang nggak jadi tapi aku tetep nungguin, aku makan nasi
ayam sambil nangis, duduk di depan temen-temen cowok, dan habis itu
colek-colekan pake cream kue, ya… itu sedikit mengobati. Pulangnya, aku sobek2
diary aku di depan kamu, terus lari ke gramed, beli novel: remember when,
dimana salah satu tokohnya, namanya Adrian, biasa dipanggil Ian.
1 Maret, hari itu sekolah kita pensi yang sebelumnya ada
upacara. Aku baris sebaris sama kamu, walau jauh J
Abis upacara kita nonton pensi, kamu duduk nggak jauh dari
aku, terus aku teriak,
“sok gaul!” dan
kamu melotot aku jadi diem.
Karna takut aku pindah.
Terus karna udah nggak takut dan lupa aku pindah lagi ke
tempat duduk yang deket kamu tadi, kamu duduk dibelakangku, sebelahnya Cancong
Kamu nguap,
“Ih nguap”
Aku bilang gitu tapi kamu Cuma liatin,
Hari itu, sebenernya nggak terlalu seneng, tapi…ya seneng
aja bisa ngomong sama kamu, Ian.
13 Maret,
“Amel bahagia nggak,
nggak sama aku?”
Pertanyaan itu, sebenernya bisa aku jawab iya kalau kamu
liatnya aku seneng-seneng aja dikelas sama Gustin, Aan, Rizal dan lain-lain,
tapi setelahnya, sebenernya enggak kan, nggak terlalu begitu bahagia. Dan kamu
tanya itu karna kamu mau nunjukin kalo kamu bahagia
tanpa aku. Kalo kamu juga bisa bahagia, tanpa aku.
Itu kamu, beda sama aku.
Sekalipun ada temen-temen, tapi semuanya kurang.
Dan dimulai dari hari itu, kita pisah, nggak pernah smsan.
Aku kamu: sendiri.