Rabu, 22 Februari 2012

Coklat Untuk Rian


Coklat untuk Rian
“Buku PRku mana??? Buku PRku?!!!!!!”,seru Gadis dengan suaranya yang sangat nyaring.
“Ini lagi di pinjam aku, sebentar ya”,ucap salah satu teman laki-lakinya, perawakannya gendut, ia sedang asyik menyalin PR Bahasa Indonesia.
Gadis mendengus kesal, “Kalau udah, balikin ke mejaku ya”,ucapnya berusaha untuk sabar.
Pagi ini, kelas 8B disibukan dengan kegiatan mengerjakan PR Bahasa Indonesia, entah apa alasannya mengapa semalam mereka tidak mengerjakannya. Bagi anak-anak yang sudah selesai menyalin PR temannya, mereka langsung menuju ke depan kelas, duduk bersantai di lantai sambil sesekali memperhatikan orang yang lewat atau membicarakan orang lain.
Begitu juga Gadis dan teman-temannya,
“Kalian tau Rian kan?”,ucap salah satu teman Gadis yang bernama Fara.
Anak-anak perempuan yang ada disitu mengangguk serempak, salah satu dari mereka berceletuk,
“Ya taulah, dia kan teman sekelas kita”
“Memangnya kenapa Ra?”,tanya Gadis penasaran sambil memutar-mutarkan permen lollipop rasa jeruknya.
“Kalian tau? Ayahnya adalah seoarang konglomerat! Namun sayangdia terlahir di keluarga yang *broken home”, jelas Fara dengan semangat, tetapi tentu saja dengan suara yang kecil.
“Wah, kamu ini, nggak baik loh, ngomongin orang pagi-pagi”,ujar Gadis mengingatkan.
“Biarin aja Dis, ayo Far lanjutin”,pinta Fara.
“Ehm, lalu.”, belum sempat Fara melanjutkan pembicaraannya Gadis sudah memotong duluan.
“Hei lihat, anaknya udah dateng”,ucap Gadis dengan suara tertahan.
Lelaki itu datang sambil menggendong tas punggungnya yang berwarna hitam, perawakannya tidak terlalu tinggi tidak terlalu pendek, ia berjalan dengan santai, rambutnya menjuntai sampai dahi, denyit sepatunya terdengar keras, beberapa kasat mata melihat ke arahnya.
“Nanti ya Far, lanjutin, udah mau bel nih. Masuk yuk”,ajak Anggit. Fara, Gadis dan teman-teman lainnya mengangguk tanda setuju.
Tepat pukul 7 pagi, bel berunyi dengan nyaring memenuhi seantero SMPN 2 Purwokerto. anak-anak yang sedang duduk-duduk di luar kelas ataupun mengerjakan PR di dalam kelas langsung keluar dan bergegas untuk baris tanpa menunggu gurunya datang.
..
“Cara membuat coklat lezat”,ujar Gadis pelan sambil sembunyi-sembunyi memegang buku bersampul putih coklat itu yang tak lain adalah buku resep membuat coklat.
“Kamu mau buat?”,tanya Arista teman sebangkunya.
Gadis mengangguk pelan lalu tersenyum menampakan barisan gigi-giginya yang rapi.
“Buat siapa?”,tanya Arista lagi.
“Buat Tanteku”,jawab Gadis pendek.
Arista hanya mangut-mangut dan kembali sibuk mengerjakan tugas yang barusan diberikan oleh guru Bahasa Indonesia mereka.
Sedangkan Rian
“Pinjam handphone kamu”,pinta Candra teman sebangkunya.
Rian menjawab dengan ogah-ogahan, “Hah? Buat Apa?”
“Sms ibuku, minta anterin buku Bahasa Jawa, punya aku ketinggalan”,jelas Candra dengan muka memelas.
Rian sedikit berpikir, akhirnya ia berbohong, “Aku nggak ada pulsa”,begitu ucapnya.
“Hei Gadis kamu sedang apa? Sudah di kerjakan tugas dari saya? Kau juga Rian, kau sedang apa? Mengapa kau berbicara sendiri dari tadi?”,ucap Bu Ratri, guru bahasa Indonesia yang lumayan galak itu tiba-tiba.
Gadis gelagapan, ia segera menyembunyikan buku resep coklatnya, Rian juga, ia yang tadi sedang membuka handphone langsung melemparkannya ke dalam laci.
“Nggak ngapa-ngapain Bu”,ucap keduanya berbarengan membuat hampir seluruh penghuni kelas tertawa.
“Ibu percaya sama kalian, tapi sebagai hukuman karena kalian tidak memperhatikan dan mengerjakan tugas dari ibu, ibu persilahkan kalian berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran kedua selesai!”,perintah Bu Ratri yang membuat Gadis dan Rian kaget.
“Hah Bu????”,ucap Gadis dengan suaranya yang tertahan.
Akhirnya, keduanya pun pasrah dan menuju ke depan kelas, mereka berdua berdiri di depan kelas.
Sebenarnya, bagi Gadis hal ini sudah biasa, ia sering dihukum oleh guru matematika karena sering telat, tetapi Rian, terlihat dari raut wajahnya, sepertinya baru pertama kali ia dihukum.
“Kamu kenapa tadi, kok di hukum sama Bu Ratri? Kamu ngapain?”,tanya Gadis iseng, menghilangkan kebosanan.
Rian tidak menjawab ia hanya menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan kegiatannya yaitu menatap lapangan basket.
5 menit 10 menit 15 menit mereka tak saling bicara, tiba-tiba Rian membuka mulutnya.
“Kenapa? Kenapa kamu selalu keliatan seneng makan permen itu? padahal aku tau permen itu harganya Cuma seribu kan? Kenapa? Kenapa kamu selalu keliatan seneng? Aku”,ujar Rian tidak jelas yang membuat Gadis keheranan.
Gadis yang sedang memakan permen kesukannya itu langsung melepaskan emutannya dari dalam mulut.
Sebelum menjelaskan, Gadis tersenyum terlebih dahulu, ia senang temannya yang termasuk jarang bicara ini mengajaknya ngobrol, ya meski tidak jelas topic obrolannya apa.
“Karena aku menyukai permen ini, makanya aku selalu senang kalau makan permen ini, kenapa? Kamu mau coba?”,tawar Gadis sambil merogoh saku roknya.
“Nggak mau”,ucap Rian pendek.
Gadis heran, ia hanya mangut-mangut tidak mengerti.
Dan, pembicaraan mereka hanya sebatas itu, salah satu dari mereka tidak mencoba untuk mengajak berbicara terlebih dahulu lagi, keduanya bungkam dalam keheningan.
“Nah ini di lelehin dulu Dis, nanti baru kita cetak”,ucap Tante Gadis menjelaskan cara membuat coklat.
“Oh gitu ya tante, iya ini lagi di lelehin”,ucap Gadis semangat.
Siang ini ia dan tantenya sedang membuat coklat, ya meskipun Gadis tidak membeli hazelnut ataupun caramel karena harganya yang mahal untuk isi coklat tetapi ia sangat senang bisa mempunya pengalaman membuat coklat, dan lagi mungkin rasanya juga tak kalah enak dari coklat yang diisi dengan hazelnut atau caramel.
“Naaah, udah leleh ni tan. Langsung cetak ya”,izin Gadis pada tantenya.
Tantenya menangguk sambil tersenyum.
Gadis mengambil sedikit demi sedikit lelehan coklat dari dalam mangkok lalu memasukannya ke dalam cetakan coklat yang berbentuk macam-macam.
.
“Enak Dis enaaaaaaaaaak”,ucap teman-temannya saat Gadis memberikan hasil coklat yang ia buat bersama tantenya. Semua teman di baginya, tak terkecuali Rian.
“Rian, mau?”,tawar Gadis.
“Nggak mau ah nggak ada isinya kan? kamu tau? Coklat yang lezat itu coklat yang kayak gini”,ucap Rian sambil menunjukan coklat bermerk X, memang kelihatannya lezat.
“Kamu beli?”,tanya Gadis.
Rian menangguk.
“Aku buat sendiri, ada ciri khas tersendiri, coba kamu makan coklat itu. kamu bisa jadi seneng atau nggak”,tantang Gadis.
Rian mematahkan coklat berbentuk kotak itu lalu memakannya, “Enak”,ucapnya.
“Hanya sekadar kata “enak” sebenernya kamu itu nggak kelihatan seneng makan coklat itu, coba kamu makan coklat aku. Coklat ini, aku bikin sama tante aku”,terka Gadis.
Rian menurut, ia mencicipi sedikit coklat Gadis.
Seketika raut wajahnya yang tadi terlihat garang berubah menjadi tenang, Rian dapat merasakan kelezatan coklat itu walaupun tidak ada isinya, tapi entah mengapa seperti ada yang hangat di dalam hatinya saat ia memakan coklat itu.
“Enak kan?”,tanya Gadis.
Rian menganguk ragu-ragu, “Ehm enak sih, tapi
“Tapi apa, udahdeh akuin aja emang enak kan”,goda Gadis.
“Kamu buat sama siapa? Sama ibumu?”,tanya Rian.
Gadis menggeleng, “Nggak, kan udah aku bilang, aku buat sama Tanteku. Ibuku udah meninggal”,jelas Gadis yang membuat Rian tersentak.
“Kenapa kaget?”,tanya Gadis.
“Rian menggeleng, “Kamu hebat yah, bisa buat orang seneng. Aku jadi sadar selama ini aku jadi orang yang kurang ramah itu sebenernya gara-gara aku di tinggal ibuku saat aku kelas 7 kemarin, ibuku menikah lagi dengan seorang laki-laki yang umurnya jauh lebih muda, aku jadi lupa bagaiman menyapa orang yang baik dan benar, bahkan aku sudah lupa bagaimana masakan rumah, aku kangen Ibuku”,tutur Rian panjang lebar.
Gadis tersenyum manis, “Kamu masih mending bisa bertemu dengan Ibumu, sedangkan aku”,ucapan Gadis menggantung.
Tiba-tiba Rian menepuk kedua pundaknya, “Semangat! Nih makan coklat kamu lagi biar nggak sedih”,tawar Rian.
Melihat itu, Gadis tertawa terbahak-bahak.
“Katanya enakan coklat yang kamu beli itu”,goda Gadis.
Rian tidak menanggapinya, ia hanya tersenyum lalu menghabiskan coklat Gadis yang tersisa.
“Begini ya rasanya senang, aku janji bakal ramah sama semua temen-temen, abis ini aku mau telepon Mama ah, kangen”,ucap Rian, tentu saja dalam hati.