Cerita aku, kamu,
mereka.
Aku yang nggak bisa
bersatu sama kamu, kamu yang nggak bersatu sama aku dan mereka yang selalu
memishkan aku dan kamu.
Aku adalah sosok
periang yang tidak bisa tak menggugah perasaan saat sedang senang, sedih, haru
atau yang lainnya, aku selalu bercerita kepada orang-orang manakala saat
perasaanku terbentuk. Aku tahu, sifatku yang seperti ini membuatku benci
padaku.
Kamu adalah sosok
yang menurutku tertutup, nggak bisa menyampaikan perasaan kepermukaan, selalu
di tutup-tutupin, omonganmu juga pedas
tetapi menyimpan banyak makna, sesuatu yang mungkin akan ngerubah diri aku yang
tadinya begitu murah berbagi cerita ke orang-orang lain jadi tertutup kayak
kamu, kamu bilang kalau mau ngomong harus dipikir dulu.
Ya, aku tahu itu.
Berati kalau lagi
sedih, kalau lagi susah, kalau lagi senang nggak boleh cerita ke orang lain?
Nggak boleh? Asal kamu tau, setiap aku cerita tentang kamu ketemen-temenku itu
aku bukan selalu nyebutin salah kamu, aku juga selalu nyebutin salah aku yang
mungkin lebih banyak dari kamu. Aku tahu, aku itu lebih salah dari kamu, aku
yang masih kayak anak kecil yang bisa dibilang rese, dan kamu yang otaknya udah nggak tau sampai mana.
Aku bukan polos,
tapi tolol. Aku tau semua itu salah, tapi kenapa masih dijalanin.
Aku tau bilang
bahwa kamu suka sama orang lain ke teman-teman itu salah.
Aku tau nyeritain
kesalahanmu ke orang lain itu salah.
Aku tau selalu
ngeluh waktu pacaran kamu itu salah.
Aku tau kalau aku
pengen buat kamu cemburu bukan cemburu yang kamu rasain tapi marah.
Aku tau aku selalu
mengambil keputusan dengan cara yang gegabah.
Aku tahu aku salah
waktu kamu bilang putus aku Cuma bilang, “Yaudah… nggak apa-apa kok”
Aku tahu tiap aku
bercanda sama cowok lain itu salah.
Aku tahu tiap aku
salah kirim ke kamu dengan alasan pengen smsan sama kamu itu salah.
Dan,
Aku tahu, ngarepin
kamu itu juga sebuah hal yang salah.
Kamu adalah sosok
yang selalu aku tunggu dari beberapa bulan yang lalu, atau mungkin malah lebih
dari satu tahun yang lalu.
Kamu adalah sosok
yang selalu menari-nari dalam otakku.
Kamu adalah sosok
yang mengisi kekosongan hatiku.
Kamu adalah sosok
yang mengarjakanku ada bahagia, ada juga derita.
Kamu adalah sosok
yang memperlihatkanku ada putih, ada juga hitam.
Semuanya terangkum
dalam sosokmu yang terlihat arogan dimata orang-orang.
Sorot matamu yang
tajam, alismu yang tebal, serta kantung matamu yang sering terlihat menghitam.
Kamu adalah sosok
yang membuatku sadar,
Aku nggak boleh
mengharap kamu lagi.
Entah mengapa
rasanya susah sekali menghapus bayangmu dari otakku, ucapan dari ingatanku, dan
perasaanmu dari hatiku.
Satu malam tadi,
sebelum tidur aku sempet nangis-nangis dikamar sampai matanya bengkak, ini
untuk yang kedua kalinya setelah malam Sabtu kemarin.
Malam tadi, aku
mimpi kamu meluk aku, kamu senyum ke aku, kamu genggam tangan aku dan aku
nyesel udah bangun, saat aku pegang tangan aku ternyata Cuma ada satu tangan,
nggak lebih. Cuma ada tangan aku yang kala itu kedinginan.
Aku tau, semuanya
Cuma mimpi.
Dan, sepertinya
nggak mungkin untuk bisa jadi kenyataan.
Ada suatu saat
mereka bilang, bahwa aku dan dia memang nggak cocok. Bahwa aku dan dia bukan
pasangan yang tepat alias; pasangan timpang.
Aku jelek sedangkan
ia tampan.
Aku miskin
sedangkan ia kaya.
Aku cerewet ia
pendiam.
Aku bodoh ia
pintar.
Pasangan timpang
bukan?
Iya, aku dan kamu
memang nggak bisa bersatu untuk sekarang ini.
Memang kita tlah jauh rasanya memang kita
sudah tak bersama, jika kita memang ditakdirkan tuk bersama slamanya cinta
takkan kemana mana.
Ini ceritaku, yang
menyukaimu, menyangimu, mencintaimu. Ini
aku dengan cerita cinta yang menyedihkan, hanya bisa memandangmu dari kejauhan
sambil seseklai tersenyum melihat tingkah lakumu yang lucu. Ini aku, orang yang
mencintaimu, sejak pandangan pertama.